kamus

Minggu, 29 Juni 2014

Aku Ingin Hidup, Seribu Tahun Lagi

Sinar surya merangkak naik, seolah bergegas menunjukan keindahan
Udara pagi berhembus, seraya menyapa tubuh ini
Kucium aroma wangi tetesan empun di pagi hari
Kubuka mata, dan kulihat indahnya dunia

Sungguh indah ciptaanMU, sungguh indah kuasaMU
Kuterhanyut dalam lamunan, memikirkan esok masihkah datang
Seraya ku sentuh tangan kecilku, dan kutengadah kedua tanganku

Berharap dan meminta berkah dariMU tuk lewati hari ini

Aku sadar, tubuh ini tak sekuat dulu
Aku sadar, otak ini tak secerdas dulu
Namun ku jarang tersadar sering melupakanmu
Karena nikmatmu yang ku rasa dapat ku ciptakan sendiri

Sungguh ku berdosa, sungguh ku murka
Sesungguhnya aku melupakan siapa penciptaku
Sesungguhnya aku melupakan siapa pemberi rizkiku
Dan sesungguhnya aku lupa bahwa hidup adalah sebuah titipan

Aku malu, aku rapuh
Aku takut, dan aku menyesal
Aku ingin segera memohon ampun kepadamu
dan tanpa tersadar, aku meneteskan air mata
Air mata kesedihan, air mata ketakutanan
Dan air mata penyesalan

Tuhan, Mohon Ampun Aku
Atas segala dosaku
Mohon ampun aku, atas segala lalaiku, atas segala khilafku
Atas segala nafsuku yang tak terbendung, menghadapi dunia

Kini kumulai sadar, dalam kekosongan hidupku
KAU selalu bersamaku
Dalam kemelut batinku, KAU selalu bersamaku

Tuhan, izinkan aku hidup lebih lama
Berilah kesempatan tuk bahagiakan orang tua
Membantu saudara dan menolong sesama
Tak lebih ku meminta, karna ku hanya manusia biasa
Ku berusaha, dan KAU yang mampu mengabulkannya

Tuhan, terimakasih atas kehidupan yang kau berikan kepadaku
Terimakasih atas rizki yang dapat kunikmati hingga detik ini
Walauku sering melupakanmu dalam gelimangan berkah yang kau beri
Namun ENGKAU tetap merengkuh tanganku saatku terjatuh
Saatku hampir melupakanmu karena kemurkaanku menikmati dunia
Terimakasih Tuhan, dan aku ingin hidup seribu tahun lagi

Jumat, 27 Juni 2014

Aku Punya Cinta Untukmu

Belum sempat ku berteduh, namun hujan telah reda
Belum sempat kusiram, namun bunga telah layu
Belum sempat ku petik, namun buah telah jatuh
Dan belum sempat ku berkata, namun cinta telah pergi

Tanpa ragu ku menyimpan rasa itu
Rasa yang bersemayam tanpa ku tanam
Rasa yang ada tanpa ku pernah meminta
Rasa yang datang tanpa ku ingin mengundang
Dan Rasa yang ada yang disebut cinta
Itulah cinta

Memandang wajahmu dikejauhan
Melihat senyummu di persembunyian
Dan mendengar suaramu di setiap hayalku
Membuat semuanya terasa indah, membuat segalanya begitu indah

Kau masuk dalam tubuhku
Kau masuk tanpa logikaku
Dan sekali lagi kau masuk menuju fatamorganaku

Namun kini kau pergi
Tanpa kata, tanpa cinta
Yang ada hanyalah seberkas luka
Tanpa pernah ada kesempatan
Dan tanpa pernah ku mengatakan
Aku punya cinta untukmu. . . .

Sajakku Bernama Aku

Sajakku bernama Aku
Sajakku seperti Aku
dan Sajakku tetaplah Aku

Siang telah berganti malam
Ramai telah berganti sepi
Namun Sajakku tetaplah Aku
Tak ada yang dapat menggantikan sajakku
Disini, disana, dan dimana saja Sajakku tetaplah Aku

Tertuan karena tuannya
Menyerah karena lelahnya
Namun Sajakku tetaplah Aku
Tanpa seorangpun dapat menggangu
Dan tanpa seorangpun dapat merayu
Karena Sajakku Bernama Aku

Tentang Dunia Yang Begitu Fana

Berdiri tetap berdiri, berlari menggapai mimpi
Dalam keriuhan aku sepi, dalam kegaduhan ku tetap sendiri
Tanpa Kusadari, smua telah pergi dan kini hanya aku disini

Tanpa kata ku terdiam, menerawang panjang menuju lorong waktu
Kukayuh semua tenagaku, mengingat masa itu
Masa dimana aku berada, masa dimana aku  berkelana
perlahan namun pasti, kuhempaskan seluruh tubuhku dan kucoba terus menghayal tentang masa lalu

Mengingatnya membuatku merasa sakit, mengingatnya membuatku merasa geram
Yah, aku terluka...Sungguh aku terluka
Tentang dunia yang begitu fana, tentang dunia yang hanya menjanjikan surga
Namun surga tak pernah ada, surga berganti neraka
Yah Terluka, Fana dan Neraka

Hingga kucoba terus berlari, tanpa kudapati seorangpun disini
Aku lelah, aku menyerah yah aku sudah pasrah
Namun aku yakin, gelap akan berganti terang
Neraka akan berganti surga
Namun dunia, akan tetap menjadi fana
Yah inilah dunia, yang begitu fana 

 

SISTEM KEBUDAYAAN DALAM KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA



                     Masyarakat, Komunikasi dan Kebudayaan

Kita telah membahasa arti sebuah kebudayaan dan unsur kebudayaan pada bagian sebelumnya. Menurut Dewey masyarakat tidak hanya berada (eksis) dan berkelanjutan oleh karena transmisis dan komunikasi diantara anggotanya tetapi lebih dari itu masyarakat menjadi ada karena masyarakat ada di dalam transmisis dan komunikasi itu. Dan itu terjadi lebih karena ada pertukaran tanda-tanda verbal dalam kata yang diberi makna oleh komuniatas komunikasi.

Robert E Park, 1938) komunikasi menciptakan atau membuat segala kebimbangan menjadi lebih pasti bahwa sebuah konsensus dan pengertian bersama di antara individu sebagai anggota keolompok sosaial akan mudah menghasilkan tidak saja unit sosial tetapi kultural dalam masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat tidak hanya eksis karena anggotanya telah belajar berkomunikasi dengan orang lain. Jelas bagi kita bahwa setiap individu ada di dalam masyarakat dan setiap masyarakat memiliki kebudayaan.

Hubungn antara sistem kebudayaan dengan situasi komunikasi antarbudaya meliputi:
a.   Sistem ekonomi
b.   Sistem keluarga
c.     Sistem politik
d.   Sistem kontrol sosial
e.   Sistem manajemen kesehatan
f.      Sistem pendidikan
g.   Sistem religi


IDENTITAS KEBUDAYAAN DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

Sistem mako budaya
Kebudayaan kadang melingkupi sebuah area geografis maupun demografis tertentu tanpa memperhatikan batas-batas administrasi negara maupun pemerintahan. Dalam beberapa kasus kita mungkin akan mengatakan bahwa kebiasaana menyanyi dengan perasana gembira merupakan totalistas tampilan orang papua, Ambon, dan Batak yang secara geografis ada di pulau Papua, Maluku dan Sumatera Utara.

Bahkan lebih luas dari itu, para pejabat sering mengungkapkan tanpa dukungan riset ilmiah bahwa kebudayaan orang Indonesia antara lain ramah tamah dan murah senyum. Perbedaan global yang diamati secara geografis ditandai oleh faktor geopolitik sehingga memperkuat komunikasi antaregional bahkan internasional. Oleh karena itu dalam tradisi pembahasan komunikasi antara budaya kita selalu membicarakan kebudayaan yang ditampilkan rata-rata melalui perilaku yang dipraktekkan oleh kebanyakan penduduk dari suatu area geografis, benua maupun negara itu.

Sub kultur dan komunikasi antar budaya 
   Hampir semua orang digolongkan atau menjadi anggota dari sebuah kelompok dan sebagian orang lain mungkin tidak tergolong dalam kelompok tertentu. Kelompok itu kadang terstruktur dan sering dikenal sebagai sub kultur, mikro kultur, atau sebuah kelompok referense yang bermuara pada kelompok mikro budaya.

 
                                     Komunikasi sebagai identitas sosial

Bentuk komunikasi antara lain :
a.   Komunikasi antarbudaya
b.   Komunikasi Antarras
c.     Komunikasi  Intrakeluarga
d.   Komunikasi Kelas sosial
e.   Komunikasi Antaranggota geografis
f.      Komunikasi Antar desa dengan kota
g.   Komunikasi Regional
h.   Komunikasi Gender
i.      Komunikasi Budaya organisasi
j.      Komunikasi  keluarga


KOMUNIKASI ANTARBUDAYA dan PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA

Hakikat perubahan dalam masyarakat
Kemajuan dunia bagaikan kuda balap yang berderap kencang. Apa saja yang tidak dapat mengubah dirinya dengan cekatan dan apa saja yang tidak bisa maju bersama dunia akan disisihkan oleh seleksi alam. Ini adalah bagiaan kata-kata dari Chen Tsu Hsiu kepada para pemuda Cina tahun 1915.

Studi tentang perubahan sosial buaya umumnya merupakan salah satu dari bermacam-macam studi tentang masyarakat. Karena setiap pola kehidupan dapat didentifikasi dan diuji sepanjang waktu. Sementara itu cara individu berinteraksi dengan seseorang dalam kelompok kecil merupakan subjek teori atau studi pada aras mikro. Ada banyak sekali paradigma tentang masyarakat, yaitu : fungsional, konflik dan interaksionisme.
Beberapa sifat perubahan

Dengan memperhatikan model-model perspektif masyarakat yang menjelaskan sistem sosial dan ruang lingkup studi masyarakat tersebut diatas maka para sosiolog maupun antrpolog mulai memfokuskan analisisi studi mereka terhadap komunitas. Sementara itu para sosiolog environmental acap kali mulai memperhatikan kehidupan spesies lain dan sumber daya mineral dalam model mereka yang dikaitkan dengan sistem sosial. Proses internal dari pertumbuhan, evolusi, dan perubahan siklus merupakan sumber perubahan dari pandangan fungsional. Beberapa karakteristik perubahan itu antara lain :
a.   Perubahan struktural
b.   Perubahan dinamika
c.     Progress
d.   Perubahan Revolusioner


                                      Teori –teori perubahan sosial

Kita harus banyak beranjak dari model berpikir bahwa hanya perubahan cara berpikir yang dapat mengubah dan mempengaruhi masyarakat. Oleh karena itu kita membutuhkan seperangkat teori yang lebih fokus dan khusus untuk menggambarkan, meramalkan dan menjelaskan perubahan sosial.  Dalam beberapa teori, individu memainkan peranan penting sebagai sebab dari sebuah perubahan sosial. Di lain pihak, sumber alam atau lingkungan historis dipandang sebagai gagasan penting atau tindakan yang dimainkan oleh seorang individu. Beberapa pandangan klasik tentang perubahan sosial, yaitu :
a.   Pandangan klasik Smith, Mathius dan Darwin
b. Dinamika internal dari kapitalisme dari Marx, Durkheim dan Webber
c. Prespektif kontemporer : tradisi fungsionalist dan pendekatan konflik


                 Pembentukan Budaya dan cara berkomunikasi

Yang dimaksud dengan struktur budaya adalah pola-pola persepsi, berpikir dan perasaan, sedangkan struktur sosial adalah pola perilaku sosial. Yang terpenting bahwa identitas budaya ditentukan oleh struktur budaya sedangkan identitas siosial ditentukan oleh struktur sosial. Oleh karena itu, sangat beralasan bila perubahan struktur budaya dan sosial pada gilirannya akan mengubah identitas individu dan perubahan identitas budaya itu lebih dimaksudkan sebagai perubahan pola persepsi, berpikir, dan perasaan, bukan sekedar perubahan perilaku.

Jika terjadi perubahan cara berpikir, maka disana ada perubahan kebudayaan. Kita akan mempelajarinya dan memahami pelbagai faktor yang membentuk kebudayaan diantaranya :
a.   Faktor internal
b.   Faktor eksternal
c.     Faktor ekosistem
d.   Faktor biologis
e.   Faktor habitat alam
f.      Faktor demografis
g.   Faktor isolasi dan kontak antarbudaya
h.   Faktor historis


                                    Teori perubahan kebudayaan

Taylor seperti dikutip (Kottak, 1991) mengemukakan bahwa kebudayaan adalah seluruh komplek yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan semua daya dukung lain dan kebiasaan yang dilakukan oleh setiap manusia sebagai anggota masyarakat. Proses pergantian kebudayaan itu sendiri dimungkinkan oleh kebudayaan manusia itu meskipun telah memiliki pola tertentu namun akibat hubungan dan komunikasi antar manusia maka seluruh atau sebagian isi daru unsur kebudayaan itu dibagi atau dipertukarkan. Ada beberapa teori yang menggambarkan perubahan kebudayaan yaitu :
a.   Teori kebudayaan pinjaman
b.   Teori krisis kebudayaan
c.     Teori ekologi kebudayaan
d.   Pendekatan tema-tema dominan
e.   Teori fungsional


EFEK KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

Efektifotas komunikasi antar budaya
Komunikasi antarmanusia, termasuk komunikasi antarbudaya, selau mempunyai tujuan tertentu yakni menciptakan komunikasi yang efektif melalui pemaknaan yang sama atas pesan yang dipertukarkan. Tujuan dari komunikasi antar pribadi telihat dari fungsi antar pribadi dan sosial dari komunikasi. Fungsi tersebut meliputi komunikasi untuk menyatakan identitas sosial, intergrasi sosial, mengubah kognitif, dan melepaskan diri dari jalan keluar, sedangkan fungsi sosial dari komunikasi antarpribadi yaitu untuk pengawasan, menjembatani, sosialisasi dan menghibur.

Menurut (William Howel, 1982) setiap individu mempunyai tingkat kesadaran dan kemampuan yang berbeda-beda dalam berkomunikasi antarbudaya.
Aksioma efektifitas komunikasi antarbudaya

Setiap orang yang berkomunikasi antarbudaya menginginkan hasil yang efektif. Harapan dan efektifitas itu tergantung atas sejauh mana orang yang nmemahami aksioma efektifitas komunikasi antarbudaya. Apabila konsep komunikasi antarbudaya digali lebih dalam maka akan menemukan beberapa bentuk atau modus perilaku komunikasi efektif yang relatif konstan, dimana:
a. Efektifitas komunikasi antarbudaya sangat dibutuhkan dalam hubungan antarbudaya
b. Efektifitas komunikasi antarbudaya sangat ditentukan oleh dukungan iklim komunikasi yang positif terkandung didalamnya faktor derajat kognitif, peranan positif serta tindakan yang menunjukkan kemampuan
c. Semua variabel penentu komunikasi antarbadaya harus dapat diidentifikasi
d.   Ketrampilan berkomunikasi dan manusia terisolasi


    Bagaimana budaya menerangkan efektifitas antarbudaya?
Hammer, 1989), (Ruben, 1977), (Olebe dan Koester, 1989), (Wiseman Hammer dan Nishida, 1989), (Dinges dan Lieberman, 1989), (Kealey, 1989) mengemukakan bahwa paling tidak ada dua faktor yang berpengaruh terhadap komuniaksi antar budaya, yakni:
a.   Variabel kognitif
b. Variabel gaya pribadi meliputi Etnosentrisme, Toleransi sikap mendua dan keluesan, Empati, keterbukaan, Kompleksitas kognitif, Kenyamanan antar pribadi, Kontrol pribadi, Kemmapuan innovasi, Harga diri, Keprihatinan dan kecemasan komunikasi
c. Variabel lain yang meliputi faktor keramah tamahan, faktor motivasi, faktor akulturasi, faktor umur, serta faktor pekerjaan


   Adaptasi perilaku komunikasi kedalam afektifitas antar budaya

Paling tidak ada tiga sasaran komunikasi antarbudaya yang selalu dikehendaki dalam proses komunikasi antarbudaya, yakni agar kita berhasil melaksanakan tugas yang berhubungan dengan orang-orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda, agar kita dapat meningkatkan hubungan antarpribadi dalam suasana antarbudaya, dan terakhir agar tercapai penyesuaian antarpribadi.

Salah satu tujuan dalam hidup bersama adalah  berkomunikasi sehingga diantara kita saling mendukung demi pencapaian tugas yang dikehendaki bersama. Keberhasilan dalam tugas dapat didukung oleh komunikasi anatarbudaya yang dilakukan secara terbuka, berpikir positif, saling mendukung, bersikap empati.

Manfaat pada aspek relasi adalah bagaimana orang berkomunikasi dengan anda, dapat mengatakan tentang apa yang anda pikirkan, apa yang anda rasakan dan apa yang anda lakukan. Dampaknya adalah, kita mencapai salah satu tujuan dari studi komunikasi antarbudaya yakni meningkatkan pengertian dan mengurangi ketegangan antra pribadi atau antarbudaya.

Sasaran ketiga yanag perlu dipahami dalam komunikasi antarbudaya adalah terciptanya penyesuaian antarpribadi. Perlu diketahui bahwa karena mereka yang terlibat dalam komunikasi antarbudaya sering bergaul dengan frekuensi yang tinggi maka prasangka budaya yang sebelumnya telah terbentuk perlahan-lahan berkurang. Jadi anda dengan komunikan memulai suatu proses hidup bersama misalnya menyesuaiakan diri antarbudaya, makin terbuka dengan sesama dan masih banyak lagi.

ORIENTASI DAN DIMENSI KEBUDAYAAN DALAM KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA


                                      Pengertian Orientasi dan Dimensi

Sebelum kita membahas orinetasi dan dimensi, ada baiknya kita menyatukan pemahaman mengenai apa yang dimaksud dengan orientasi dan dimensi. Orinetasi adalah posisi seseorang dengan atau terhadap suatu relasi yang menjadi sasaran atau arah, kedekatan dan adaptasi terhadap suatu situasi, lingkungan, obyek atau orang, dalam suatu psikologi, orientasi merupakan kesadaran tentang atau  terhadap waktu, ruang, obyek, orang-orang, atau sebuah periode, proses yang mengantar seseorang untuk melakukan penyesuaian. Dimensi adalah setiap besaran atau derajat yang menunjukkan ukuran jarak, kedalaman, keluasaan, atau cakupan tentang atau terhadap sesuatu yang penting. (Webster’S New World Dictionary).

Sehingga yang dimaksud dengan orientasi dan dimensi komunikasi antar budaya adalah posisi yang diambil oleh setiap individu sebagai anggota budaya ketika dia berhadapan dengan suatu sasaran apakah itu situasi, lingkungan, objek, atau orang.

Dalam proses komuniaksi antar budaya, kebudayaan tidak boleh dilihat hanya sekedar adat istiadat. Kebudayaan patut dipandang meliputi pertukaran persepsi tentang diri sendiri dan orang lain yang menjadi sasaran komunikasi, dan bahkan persepsi sikap terhadap suatu objek apakah itu ruang, waktu, lingkungan, orang, atau relasi dengan orang lain.

(Edward T. Hall, 1977) dalam Beyond Culture  menyatakan sangat penting mempelajari teori kognitif dan implikasinya pada iklim komunikasi karena dari sana dapat diketahui pikiran, perkataan dan perbuatan terhadap suatu objek. Mengacu pada pendapat tersebut, unsur kognitif dari persepsi tentang sesuatu dalam berinteraksi menjadi lebih penting.

                                     Kebudayaan dan World View

Cara pandang setiap orang atau yang sering disebut World View diartikan sebagai sistem kepercayaan yang membentuk keseluruhan sistem berpikir tentang sifat sesuatu secara keseluruhan dan dampaknya terhadap lingkungan. World View merupakan srtuktur cara pandang yang dipengaruhi leh kebudayan. Kemudian menggerakkan atau semacam spirit bagi individu untuk menjelaskan sebuah peristiwa.

Dalam uraian ini kita kana mengenal beberapa variasi konsep orientasi dan dimensi kebudayaan, misalnya menurut Kluckhokn (Stephen Dhal, 1998) yang menyebutkan lima jenis orientasi manusia, yaitu :
a)  Orientasi terhadap manusia
b)  Orientasi terhadap sifat manusia
c)    Orientasi terhadap waktu
d)  Orientasi terhadap aktivitas
e)  Orientasi terhadap relasi.

Atau menurut (Garmon, 1984) ada dua aspek penting yang berkaitan dengan cara pandang atau World View, yakni:
a.   Cara pandang terhadap dunia
b.   Sistem world view

Juga menurut pendapat (Arensberg dan Niehoff, 1964), (Kluchohn dan Strodbeck, 1961), (Rokeach, 1968) dan (Condon Yousef, 1975) yakni World View tentang relasi dengan sesama, yaitu:
a.   Relasi dengan keluarga
b.   Relasi dengan sesama
c.     Relasi dengan masyarakat
d.   Relasi dengan diri sendiri
e.   Relasi dengan binatang


                                                    High ang Low Context Culture

Setiap kebudayaan mengajarkan cara-cara tertentu untuk memproses informasi yang masuk dan keluar dari atau ke lingkungan sekeliling mereka, misalnya mengatur bagaimana setiap anggota budaya memahami cara mengemas informasi kemudian melakukan pertukaran informasi. Sebuah kebudayaan yang mana suatu prosedur pengalihan informasi menjadi lebih sukar dikomunikasikan, kita sebut High Context Culture (HCC).  Sebaliknya kebudayan yang mana suatu prosedur pengalihan informasi menjadi lebih gampang dikomunikasikan, kita sebut Low Context Culture (LCC). Para anggota kebudayaan HCC sangat mengharapkan agar anda menggunakan cara-cara yang lebih praktis yang dapat menolong merek untuk mengakses informasi dalam variasi situasi apapun. Hal ini karena kebudayaanan masyarakat HCC umumnya bersifat implisit, mungkin sekali apa yang hendak anda sampaikan itu sudah ada didalam nilai-nilai, norma-norma, dan sistem kepercayaan mereka.

Kontras dengan kebudayaan HCC maka anggota kebudayaan LCC sangat mengharapkan agar anda tidak perlu menggunakan cara-cara praktis hanya untuk menolong mereka mengakses informasi dalam variasi situasi apapun. Hal ini karena kebudayaan masyarakat LCC umumnya bersifat eksplisit dan banyak informasi yang anda sampaikan mungkin sekali belum atau kurang diperhatikan dalam sistem nilai, norma dan sistem kepercayaan mereka.

Stella Ting Toomey, 1988) telah menampilkan beberapa aplikasi yang berkaitan dengan LCC dan HCC. Pada pengertian High and Low Context Cultures memiliki beberapa persepsi, diantaranya :
a.   Persepsi terhadap isu dan orang yang menyebarkan isu
b.   Persepsi terhadap relasi antarpribadi dalam tugas
c.     Persepsi terhadap kelogisan informasi
d.   Persepsi terhadap gaya komunikasi
e.   Persepsi terhadap pola negosiasi
f.      Persepsi terhadap informasi tentang individu


                                              Dimensi Budaya Menutu Hofstede

Pola –pola budaya yang diajukan oleh Hofstede merupakan sebuah prespektif teoritis berdasarkan studinya tentang perbedaan orientasi nilai yang berkaitan dengan pekerjaan. Untuk mengejukan itu Hofstede telah melakukan penelitian lebih dari 88 ribu pekerja di perusahaan multinasional yang cabangnya ada di 66 negara.

Berdasarkan informasi (Hofstede, 1980) berhasil mengidentifikasi empat dimensi komunikasi antarbudaya yang disebut Powerer Distance. Empat dimensi itu merupakan pola-pola budaya yang dominan, yaitu:
a.   Power distance
b.   Uncertainty avoidance
c.     Individualism-sollectivism
d.   Masculinty-femininity

 
                                                          Orientasi terhadap waktu

Ada dua penjelasan mengenai perbedaan orientasi dan dimensi budaya atas waktu dan kerja, yaitu monokronik dan polikronik. Waktu monokronik adalah individu, kelompok atau masyarakat yang berorientasi. Waktu monokronik berargumentasi bahwa waktu seperti sebuah jalan atau anak tangga sehingga kita tidak boleh melakukan suatu aktivitas secara serampangan. Biasanya untuk melakukan suatu pekerjaan harus mengikuti alur oleh karena itu terikat pada jadwal persetujuan, adanya persetujuan untuk datang, bertemu, berbicara, menarik kesimpilan, dan bertindak.

Sedangkan waktu polikronik adalah penganut waktu yang selalu menekankan bahwa  cara berpikir individu tidak lagi linear tetap simultan.



                                  Peta orientasi budaya menurut Marvin Mayer

Beberapa penulis mengeluarkan pernyataan-pernyataan universal yang tidak menjamin kebenarannya bagi sistem mereka yang lainnya lebih berhati-hati. Suatu pendekatan orientasi nilai dari sudut pandang Kristian adalah model-model nilai dasar Marvin Mayer atas pola-pola perilaku. Model ini diperhalus dan diterapkan dengan berhasil dalam suatu buku karangan Sherwood G Lingenfelter dan Marvin K Mayer yang mendaftarkan dua belas pola perilaku dalam enam pasang kutub, yaitu:
a.   Orientasi waktu dan peristiwa
b.   Pemikiran dikotomis dan holistik
c.     Orientasi kritis dan non kritis
d.   Orientasi tugas dan hubungan manusia
e.   Fokus pada prestasi dan status
f.      Kerentanan diperlihatkan dan disembunyikan
  
  
                                     Peta orienstasi menurut Edward Stewart

Edward Stewart telah mengajukan taksonomi pola-pola kebudayaan berdasarkan tata cara budaya. Melalui tata cara itulah  kebudayaan mengajarkan kepada anggotanya orientasi budaya- mengorientasikan diri.
a.   Self orientation
b.   Activity orientation
c.     In doing culture
d.   Being orientation
e.   Social relation oriented
f.      Orientasi tentang dunia